Tuesday 28 October 2014

KEMATIAN TERINDAH DALAM SEJARAH MANUSIA.

KEMATIAN TERINDAH DALAM SEJARAH MANUSIA.
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻭ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ
ﻭﺻﺤﺎﺑﺘﻪ ﻭ ﻣﻦ ﺍﻫﺘﺪﻯ ﺑﻬـﺪﺍﻩ , ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, sehingga Dia-lah yang patut diibadahi. Shalawat
dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, keluarga, para sahabat Radliallahu Anhum dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hinga akhir zaman. Sebuah kisah yang menceritakan detik-detik terakhir wafatnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Wafatnya Nabi kita tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Sebuah kisah yang sangat mengagumkan dan menggetarkan dada orang-orang yg beriman. Maka simaklah detik-detik yg mengharukan berikut ini.
Sebelum beliau wafat, beliau melakukan haji terakhir yang disebut sebagai haji wada’ (haji
perpisahan). Saat beliau melakukan ibadah tersebut turunlah firman Allah, ”Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan nitmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. ” (QS.al-Maidah 5:3)
Maka menangislah Abu Bakar as shiddiq - Radhiallahu anhu-. Bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepadanya:
“Apa yg membuatmu menangis dalam ayat tersebut?”
Abu Bakar -radhiallahu anhu- menjawab: ”Ini adalah berita kematian Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam.” Kembalilah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dari haji wada’ dan kurang dari tujuh hari wafat beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, turunlah ayat al-Qur’an paling akhir, “ Dan peliharalah dirimu dari (azab yg terjadi pada) hari yg pada waktu itu
kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yg sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). ” (QS.al-Baqarah 2:281).
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mulai menampakkan sakit beliau. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkata: ”Aku ingin mengunjungi syuhada ‘Uhud”, maka beliaupun berangkat pagi menuju syuhada ‘Uhud di awal-awal bulan Shafar tahun 11 H. Lalu berdiri diatas makam para syuhada dan berkata: ”Assalamu’alaikum wahai
syuhada ‘Uhud, kalian adalah orang-orang yang mendahului kami dan kami insya Allah akan menyusul kalian, dan sesungguhnya aku,
insyaAllah akan menyusul kalian.”
Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pulang sambil menangis. Maka para sahabat
bertanya kepada Rasululah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Apa yang membuat anda menangis
wahai Rasulullah ?” Beliau bersabda: ”ku merindukan saudara saudaraku seiman.” Mereka berkata: ”Bukahkah kami adalah saudaramu
seiman wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: ”Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku seiman adalah suatu kaum yg datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.”
Saya berdoa kepada Allah Subhanahu Wata'ala mudah-mudahan kita semua termasuk mereka yang dirindukan oleh
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Pada hari senin 29 Shafar beliau menghadiri jenazah di Baqi’. Ketika pulang beliau merasakan
pusing di kepala dan panas badannya meninggi. Maka beliaupun mulai sakit dan terus bertambah
sakit. Selama sakitnya itu beliau tetap memimpin shalat selama 11 hari dari 13 atau 14 hari masa
sakit beliau. Sejak kamis malam, 4 hari sebelum wafat beliau, pada waktu shalat Isya’, beliau meminta agar Abu Bakar-Radliallahu Anhu-
menggantikannya dalam memimpin shalat. Tiga hari sebelum beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, sakit beliau mulai mengeras.
Beliau saat itu berada dirumah Sayyidah Maimunah -Radliallahu Anha-. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: ”Kumpulkanlah istri-istriku.” Maka berkumpullah istri-istri beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda kepada mereka: ”Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah ‘Aisyah?” Maka mereka menjawab: ”Kami mengizinkan anda wahai
Rasulullah.” Kemudian beliau berkeinginan untuk berdiri, akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah ‘Ali ibn Abi Thalib, dan
al-Fadl ibn al-‘Abbas-Radliallahu Anhum-. Maka merekapun
membopong Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu mereka memindahkan beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dari kamar
Maimunah ra menuju kamar ‘Aisyah -Radliallahu Anha-. Adapun para sahabat ra, baru pertama kali ini mereka melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dibopong di atas dua tangan. maka berkumpullah para sahabat -Radliallahu Anhum- dan mereka berkata: ”Apa yang terjadi pada Rasulullah, apa yang terjadi pada Rasulullah?” Mulailah manusia berkumpul di dalam masjid. Masjidpun mulai penuh dengan para sahabat -Radliallahu Anhum-. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dibawa menuju rumah ‘Aisyah-Radliallahu Anha-.Mulailah Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam mencucurkan keringat, berkeringat dan berkeringat. Berkatalah ‘Aisyah -
Radliallahu Anha-: ”Sungguh belum pernah aku melihat ada seorang manusia yg berkeringat deras seperti ini.” Maka dia mengambil tangan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan dengannya dia mengusap keringat beliau. (Maka
mengapakah dia mengusap keringat dengan tangan beliau dan tidak mengusapnya dengan tangannya sendiri?) ‘Aisyah -Radliallahu Anha-
berkata: ”Sesungguhnya tangan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam lebih lembut dan
lebih mulia daripada tanganku, oleh karena itulah aku mengusap keringat beliau dengan tangan beliau dan tidak dengan tanganku.” (ini adalah sebuah penghormatan terhadap Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam)
‘Aisyah -Radliallahu Anha- berkata: ”Aku mendengar beliau berkata: ” ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ,sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat, ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ
sesungguhnya kematian itu memiliki
sekarat.” Mulailah suara-suara didalam masjid meninggi. Bersabdalah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: ”Apa ini?” Berkatalah ‘Aisyah -Radliallahu Anha-: “Sesungguhnya manusia mengkhawatirkan anda wahai Rasulullah.” Beliaupun bersabda: ”Bawalah aku kepada mereka.” Maka beliau berkehendak untuk bangun, akan tetapi tidak mampu, maka para sahabat menyiramkan tujuh qirbah (timba) air kepada beliau hingga beliau bangkit, dan membawa beliau naik ke atas mimbar. Jadilah khutbah tersebut adalah khutbah terakhir beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, menjadi kalimat terakhir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan doa terakhir Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam. Beliau bersabda: ”Wahai manusia, kalian mengkhawatirkan aku?” Mereka
menjawab: ”Ya, wahai Rasulullah.” Bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: ”Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan
aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian denganku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku sekarang sedang
melihat kepadanya di depanku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi yang aku
khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian, sehingga kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya, sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Maka dunia itu akan membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” Kemudian beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: ”Allah Allah, shalat, Allah Allah, shalat.” (maksudnya; Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat)
beliau terus mengulang-ulangnya, lantas bersabda: ”Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada
kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.” Kemudian beliau bersabda: ”Wahai manusia,
sesungguhnya ada seorang hamba, yang Allah Subhanahu Wata'ala
telah memberikan pilihan kepadanya antara dunia dan antara apa yang
ada di sisi-Nya, maka dia memilih apa yang ada di sisi-Nya.” Tidak ada yang memahami siapakah yang
dimaksud dengan seorang hamba oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tadi, padahal yang
dimaksud oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah diri beliau sendiri. Allah Subhanahu Wata'ala telah memberikan pilihan kepada beliau dan tidak ada seorangpun yang paham selain Abu Bakar -Radliallahu Anhu-. Dan kebiasaan para sahabat -Radliallahu Anhum- saat beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sedang berbicara adalah mereka diam, seakan-akan ada
seekor burung yang bertengger di atas kepala mereka. maka saat Abu Bakar -Radliallahu Anhu-mendengar perkataan Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam, dia tidak mampu menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis dengan
sesenguhkan, dan ditengah masjid dia memotong pembicaraan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam, dia berkata: ”Kami tebus anda dengan bapak-bapak kami wahai Rasulullah, kami tebus
anda dengan ibu-ibu kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” dia mengulang-ulangnya, sementara
para sahabat -Radliallahu Anhum- melihat kepadanya dengan pandangan heran, bagaimana
dia berani memotong khutbah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam?” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :
”Wahai manusia, tidak ada seorangpun diantara kalian yg memiliki keutamaan di sisi kami
melainkan kami telah membalasnya, kecuali Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Setiap pintu masjid ditutup
kecuali pintu Abu Bakar radhiallahu anhu tidak akan di tutup selamanya.” Kemudian mulailah beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berdo’a untuk mereka dan berkata
pada akhir do’a beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebelum wafat: ”Mudah-mudahan Allah menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah
menjaga kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan
kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian.” Dan kalimat terakhir yang beliau sampaikan
sebelum beliau turun dari atas mimbar sambil menghadapkan wajah beliau kepada ummat dari atas mimbar adalah: ”Wahai manusia
sampaikanlah salamku kepada orang yang mengikutiku diantara ummatku hingga hari kiamat.” Setelah itu beliaupun dibawa kembali ke rumah beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Masuklah Abdurrahman ibn Abu Bakar, dan ditangannya ada sebatang siwak. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam terus melihat kearah siwak tersebut, tetapi tidak mampu berkata aku menginginkan siwak. ‘Aisyah -Radliallahu Anha-
berkata: ”Aku paham dari pandangan kedua mata beliau, bahwa beliau menginginkan siwak
tersebut. Maka aku ambil siwak itu darinya (yakni Abdurrahman ibn Abu Bakar), kemudian aku letakkan dimulutku, agar aku melunakkannya
untuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, kemudian aku berikan siwak tersebut kepada beliau. Maka sesuatu yang paling akhir masuk ke
dalam perut Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah air ludahku.” ‘Aisyah -Radliallahu Anha- berkata: ”Termasuk sebuah keutamaan dari
Rabb-ku atasku adalah Dia telah mengumpulkan antara air ludahku dengan air ludah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebelum beliau
wafat.” Kemudian masuklah putri beliau Fathimah - Radliallahu Anha- pada waktu dhuha di hari Senin 12 Rabi’ul awal 11 H, lalu dia menangis
saat masuk kamar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Dia menangis karena biasanya setiap
kali dia masuk menemui Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau berdiri dan menciumnya di antara kedua matanya, akan tetapi sekarang beliau tidak mampu berdiri untuknya. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda kepadanya: ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu di telinganya, maka dia pun menangis. Kemudian
beliau bersabda lagi untuk kedua kalinya: ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu sekali lagi, maka diapun
tertawa. Maka setelah kematian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, mereka bertanya kepada Fathimah -Radliallahu Anha-: “Apa yg telah dibisikkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepadamu sehingga engkau menangis, dan apa pula yang beliau bisikkan hingga engkau tertawa?” Fathimah berkata: ”Pertama kalinya
beliau berkata kepadaku:” Wahai Fathimah, aku akan meninggal malam ini.” Maka akupun menangis. Maka saat beliau mendapati tangisanku beliau kembali berkata kepadaku:
”Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yg pertama kali akan bertemu denganku.” Maka akupun tertawa. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil Hasan dan Husain, beliau mencium keduanya
dan berwasiat kebaikan kepada keduanya. Lalu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil semua istrinya, menasehati dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat. Beliau mengulang-ulang wasiat itu.
Lalu rasa sakitpun terasa semakin berat, maka beliau bersabda: ”Keluarkanlah siapa saja dari
rumahku.” Beliau bersabda: ”Mendekatlah kepadaku wahai ‘Aisyah!” Beliaupun tidur di dada
istri beliau ‘Aisyah -Radliallahu Anha-. ‘Aisyah ra berkata: ”Beliau mengangkat tangan beliau seraya
bersabda: ”Bahkan Ar-Rafiqul A’la bahkan Ar-Rafiqul A’la.” Maka diketahuilah bahwa disela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la. Masuklah malaikat Jibril ‘Alaihi wa Sallam
menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam seraya berkata: ”Malaikat maut ada di pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” Maka beliau berkata kepadanya: ”Izinkan
untuknya wahai Jibril.” Masuklah malaikat Maut seraya berkata: ”Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk
memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di Akhirat.” Maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: ”Bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la (Teman yg tertinggi), bahkan aku memilih Ar-
Rafiqul A’la, bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu : para
nabi, para shiddiqiin, orang-orang yg mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah rafiq
(teman) yg sebaik-baiknya.”
‘Aisyah -Radliallahu Anha menuturkan bahwa sebelum Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya,
dan dia mendengarkan beliau secara seksama, beliau berdo’a:
“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada ar-rafiq al-a’la. Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la, Ya Allah (aku minta) ar-
rafiq al-a’la.” Berdirilah malaikat Maut disisi kepala Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam-sebagaimana dia berdiri di sisi kepala salah seorang diantara kita- dan berkata: ”Wahai roh yg bagus, roh Muhammad ibn Abdillah, keluarlah menuju keridhaan Allah, dan menuju Rabb yg ridha dan tidak murka.” Sayyidah ‘Aisyah -Radliallahu Anha- berkata: ”Maka jatuhlah tangan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa
beliau telah wafat.” Dia -Radliallahu Anha-berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yang disana ada para sahabat, dan kukatakan: ”Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah
wafat.” Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid. Ali bin Abi Thalib -Radliallahu Anhu- terduduk
karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan -Radliallahu Anhu- seperti anak kecil
menggerakkan tangannya ke kanan dan kekiri. Adapun Umar bin al-Khaththab -Radliallahu Anhu- berkata: ”Jika ada seseorang yang
mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa ‘Alaihi Salam pergi untuk menemui Rabb-Nya.”
Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar -Radliallahu Anhu-, dia masuk kepada Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, memeluk beliau dan berkata:” Wahai sahabatku, wahai kekasihku,
wahai bapakku.” Kemudian dia mencium Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata : ”Anda
mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.” Keluarlah Abu Bakar -Radliallahu Anhu- menemui
manusia dan berkata: ”Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah
wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati. ”Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku
menangis sendiri.”
ﺍﻧّﺎ ﻟﻠﮧ ﻭ ﺍﻧّﺎ ﺍﻟﯿﻪ ﺭﺍﺟﻌﻮﻥ ,
telah berpulang ke rahmat Allah orang yang paling mulia, orang yang paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63
tahun lebih 4 hari. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi kita tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Ya Allah, berikanlah rizqi kepada kami, syafaat kekasih kami Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan
satu teguk air yg menyegarkan dari haudh (telaga) beliau dgn tangan beliau yg mulia.
(Dikutip dari majalah Qiblati edisi 07 tahun II)

No comments:

Post a Comment

Post la komen kat sini...