TEMPAT-TEMPAT MENGANGKAT TANGAN DALAM SHALAT
Pertanyaan.
Apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada setiap perpindahan dari satu raka'at ke raka'at berikutnya selalu takbir dengan mengangkat tangan pada saat raka'at ke 2 ke raka'at 3 saja? Dan bagaimana pula bila makmum masbuk untuk menyempurnakan shalat, apakah juga harus mengangkat tangan?
Jawaban.
Yang biasa dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah mengangkat tangan saat shalat, yaitu pada waktu takbiratul ihram, pada waktu akan ruku` dan bangkit dari ruku`, dan pada waktu berdiri dari raka'at ke dua. 'Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu anhu berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا وَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَكَانَ لَا يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِ
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat kedua tangannya dalam shalat sejajar dengan kedua pundaknya apabila memulai shalat, setelah bertakbir untuk ruku`, dan apabila mengangkat kepalanya dari ruku' beliau juga mengangkat kedua tangannya .... [1]
Adapun riwayat yang menjelaskan mengangkat tangan setelah bangkit dari tasyahhud awal, ialah sebagai berikut:
عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ وَرَفَعَ ذَلِكَ ابْنُ عُمَرَ إِلَى نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Nâfi', bahwasanya Ibnu 'Umar jika memulai shalat biasa bertakbir dan mengangkat kedua tangannya. Jika ruku', dia mengangkat kedua tangannya, dan jika mengatakan sami'allâhu liman hamidah, ia mengangkat kedua tangannya. Dan jika bangkit dari raka'at kedua, ia mengangkat kedua tangannya. Ibnu 'Umar menyatakan itu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[2]
Namun juga disunahkan kadang-kadang mengangkat kedua tangan pada waktu setelah takbir bangkit dari raka'at ketiga menuju keempat. Syaikh al-Albâni rahimahullah berkata:
وَكاَنَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ هَذَا التَّكْبِيْرِ أَحْيَانًا
(Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir ini).[3]
Sebagian ulama ada yang berpendapat, bahwa mengangkat tangan dalam shalat dilakukan pada setiap turun dan bangkit. Imam Ibnul-Qayyim mengatakan di dalam al-Badâi', juz 4, hlm. 89: "Al-Atsram menukilkan dari Imam Ahmad yang ditanya tentang mengangkat kedua tangan, beliau menjawab: 'Pada setiap turun dan bangkit'."
Al-Atsram mengatakan: "Aku melihat Abu 'Abdullah (Imam Ahmad) mengangkat kedua tangannya dalam shalat pada setiap turun dan bangkit". Hal ini juga merupakan pendapat Ibnul-Mundzir dan Abu 'Ali dari Syafi'iyyah, dan juga satu pendapat dari Imam Malik dan Imam asy-Syafi'i, sebagaimana disebutkan dalam kitab Tharhut-Tatsrîb.
Mengangkat tangan ke raka'at ke empat ini juga shahîh dari Anas, Ibnu 'Umar, Nâfi', Thawus, al-Hasan al-Bashri, Ibnu Sîrîn, dan Ayyub as-Sikh-tiyâni, sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Mushannaf, karya Ibnu Abi Syaibah, juz 1, hlm. 106, dengan sanad-sanad yang shahîh dari mereka.[4]
________
[1]. HR al-Bukhâri, no. 735. Muslim, no. 390.
[2]. HR al-Bukhâri, no. 739.
[3]. HR al-Bukhâri dan Abu Dawud. Lihat Shifat Shalat Nabi, Syaikh al-Albâni, Cet. I, Penerbit Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, hlm. 177.
[4]. Dinukil dari Shifat Shalat Nabi, hlm. 151, Catatan kaki, no. 3.
Friday, 31 October 2014
BAB SOLAT MENGANGKAT TANGAN DALAM SHALAT
Tuesday, 28 October 2014
KEMATIAN TERINDAH DALAM SEJARAH MANUSIA.
KEMATIAN TERINDAH DALAM SEJARAH MANUSIA.
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻭ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ
ﻭﺻﺤﺎﺑﺘﻪ ﻭ ﻣﻦ ﺍﻫﺘﺪﻯ ﺑﻬـﺪﺍﻩ , ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, sehingga Dia-lah yang patut diibadahi. Shalawat
dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, keluarga, para sahabat Radliallahu Anhum dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hinga akhir zaman. Sebuah kisah yang menceritakan detik-detik terakhir wafatnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Wafatnya Nabi kita tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Sebuah kisah yang sangat mengagumkan dan menggetarkan dada orang-orang yg beriman. Maka simaklah detik-detik yg mengharukan berikut ini.
Sebelum beliau wafat, beliau melakukan haji terakhir yang disebut sebagai haji wada’ (haji
perpisahan). Saat beliau melakukan ibadah tersebut turunlah firman Allah, ”Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan nitmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. ” (QS.al-Maidah 5:3)
Maka menangislah Abu Bakar as shiddiq - Radhiallahu anhu-. Bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepadanya:
“Apa yg membuatmu menangis dalam ayat tersebut?”
Abu Bakar -radhiallahu anhu- menjawab: ”Ini adalah berita kematian Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam.” Kembalilah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dari haji wada’ dan kurang dari tujuh hari wafat beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, turunlah ayat al-Qur’an paling akhir, “ Dan peliharalah dirimu dari (azab yg terjadi pada) hari yg pada waktu itu
kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yg sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). ” (QS.al-Baqarah 2:281).
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mulai menampakkan sakit beliau. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkata: ”Aku ingin mengunjungi syuhada ‘Uhud”, maka beliaupun berangkat pagi menuju syuhada ‘Uhud di awal-awal bulan Shafar tahun 11 H. Lalu berdiri diatas makam para syuhada dan berkata: ”Assalamu’alaikum wahai
syuhada ‘Uhud, kalian adalah orang-orang yang mendahului kami dan kami insya Allah akan menyusul kalian, dan sesungguhnya aku,
insyaAllah akan menyusul kalian.”
Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pulang sambil menangis. Maka para sahabat
bertanya kepada Rasululah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Apa yang membuat anda menangis
wahai Rasulullah ?” Beliau bersabda: ”ku merindukan saudara saudaraku seiman.” Mereka berkata: ”Bukahkah kami adalah saudaramu
seiman wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: ”Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku seiman adalah suatu kaum yg datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.”
Saya berdoa kepada Allah Subhanahu Wata'ala mudah-mudahan kita semua termasuk mereka yang dirindukan oleh
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Pada hari senin 29 Shafar beliau menghadiri jenazah di Baqi’. Ketika pulang beliau merasakan
pusing di kepala dan panas badannya meninggi. Maka beliaupun mulai sakit dan terus bertambah
sakit. Selama sakitnya itu beliau tetap memimpin shalat selama 11 hari dari 13 atau 14 hari masa
sakit beliau. Sejak kamis malam, 4 hari sebelum wafat beliau, pada waktu shalat Isya’, beliau meminta agar Abu Bakar-Radliallahu Anhu-
menggantikannya dalam memimpin shalat. Tiga hari sebelum beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, sakit beliau mulai mengeras.
Beliau saat itu berada dirumah Sayyidah Maimunah -Radliallahu Anha-. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: ”Kumpulkanlah istri-istriku.” Maka berkumpullah istri-istri beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda kepada mereka: ”Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah ‘Aisyah?” Maka mereka menjawab: ”Kami mengizinkan anda wahai
Rasulullah.” Kemudian beliau berkeinginan untuk berdiri, akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah ‘Ali ibn Abi Thalib, dan
al-Fadl ibn al-‘Abbas-Radliallahu Anhum-. Maka merekapun
membopong Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu mereka memindahkan beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dari kamar
Maimunah ra menuju kamar ‘Aisyah -Radliallahu Anha-. Adapun para sahabat ra, baru pertama kali ini mereka melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dibopong di atas dua tangan. maka berkumpullah para sahabat -Radliallahu Anhum- dan mereka berkata: ”Apa yang terjadi pada Rasulullah, apa yang terjadi pada Rasulullah?” Mulailah manusia berkumpul di dalam masjid. Masjidpun mulai penuh dengan para sahabat -Radliallahu Anhum-. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dibawa menuju rumah ‘Aisyah-Radliallahu Anha-.Mulailah Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam mencucurkan keringat, berkeringat dan berkeringat. Berkatalah ‘Aisyah -
Radliallahu Anha-: ”Sungguh belum pernah aku melihat ada seorang manusia yg berkeringat deras seperti ini.” Maka dia mengambil tangan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan dengannya dia mengusap keringat beliau. (Maka
mengapakah dia mengusap keringat dengan tangan beliau dan tidak mengusapnya dengan tangannya sendiri?) ‘Aisyah -Radliallahu Anha-
berkata: ”Sesungguhnya tangan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam lebih lembut dan
lebih mulia daripada tanganku, oleh karena itulah aku mengusap keringat beliau dengan tangan beliau dan tidak dengan tanganku.” (ini adalah sebuah penghormatan terhadap Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam)
‘Aisyah -Radliallahu Anha- berkata: ”Aku mendengar beliau berkata: ” ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ,sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat, ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ
sesungguhnya kematian itu memiliki
sekarat.” Mulailah suara-suara didalam masjid meninggi. Bersabdalah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: ”Apa ini?” Berkatalah ‘Aisyah -Radliallahu Anha-: “Sesungguhnya manusia mengkhawatirkan anda wahai Rasulullah.” Beliaupun bersabda: ”Bawalah aku kepada mereka.” Maka beliau berkehendak untuk bangun, akan tetapi tidak mampu, maka para sahabat menyiramkan tujuh qirbah (timba) air kepada beliau hingga beliau bangkit, dan membawa beliau naik ke atas mimbar. Jadilah khutbah tersebut adalah khutbah terakhir beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, menjadi kalimat terakhir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan doa terakhir Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam. Beliau bersabda: ”Wahai manusia, kalian mengkhawatirkan aku?” Mereka
menjawab: ”Ya, wahai Rasulullah.” Bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: ”Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan
aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian denganku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku sekarang sedang
melihat kepadanya di depanku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi yang aku
khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian, sehingga kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya, sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Maka dunia itu akan membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” Kemudian beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: ”Allah Allah, shalat, Allah Allah, shalat.” (maksudnya; Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat)
beliau terus mengulang-ulangnya, lantas bersabda: ”Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada
kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.” Kemudian beliau bersabda: ”Wahai manusia,
sesungguhnya ada seorang hamba, yang Allah Subhanahu Wata'ala
telah memberikan pilihan kepadanya antara dunia dan antara apa yang
ada di sisi-Nya, maka dia memilih apa yang ada di sisi-Nya.” Tidak ada yang memahami siapakah yang
dimaksud dengan seorang hamba oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tadi, padahal yang
dimaksud oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah diri beliau sendiri. Allah Subhanahu Wata'ala telah memberikan pilihan kepada beliau dan tidak ada seorangpun yang paham selain Abu Bakar -Radliallahu Anhu-. Dan kebiasaan para sahabat -Radliallahu Anhum- saat beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sedang berbicara adalah mereka diam, seakan-akan ada
seekor burung yang bertengger di atas kepala mereka. maka saat Abu Bakar -Radliallahu Anhu-mendengar perkataan Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam, dia tidak mampu menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis dengan
sesenguhkan, dan ditengah masjid dia memotong pembicaraan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam, dia berkata: ”Kami tebus anda dengan bapak-bapak kami wahai Rasulullah, kami tebus
anda dengan ibu-ibu kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” dia mengulang-ulangnya, sementara
para sahabat -Radliallahu Anhum- melihat kepadanya dengan pandangan heran, bagaimana
dia berani memotong khutbah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam?” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :
”Wahai manusia, tidak ada seorangpun diantara kalian yg memiliki keutamaan di sisi kami
melainkan kami telah membalasnya, kecuali Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Setiap pintu masjid ditutup
kecuali pintu Abu Bakar radhiallahu anhu tidak akan di tutup selamanya.” Kemudian mulailah beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berdo’a untuk mereka dan berkata
pada akhir do’a beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebelum wafat: ”Mudah-mudahan Allah menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah
menjaga kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan
kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian.” Dan kalimat terakhir yang beliau sampaikan
sebelum beliau turun dari atas mimbar sambil menghadapkan wajah beliau kepada ummat dari atas mimbar adalah: ”Wahai manusia
sampaikanlah salamku kepada orang yang mengikutiku diantara ummatku hingga hari kiamat.” Setelah itu beliaupun dibawa kembali ke rumah beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Masuklah Abdurrahman ibn Abu Bakar, dan ditangannya ada sebatang siwak. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam terus melihat kearah siwak tersebut, tetapi tidak mampu berkata aku menginginkan siwak. ‘Aisyah -Radliallahu Anha-
berkata: ”Aku paham dari pandangan kedua mata beliau, bahwa beliau menginginkan siwak
tersebut. Maka aku ambil siwak itu darinya (yakni Abdurrahman ibn Abu Bakar), kemudian aku letakkan dimulutku, agar aku melunakkannya
untuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, kemudian aku berikan siwak tersebut kepada beliau. Maka sesuatu yang paling akhir masuk ke
dalam perut Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah air ludahku.” ‘Aisyah -Radliallahu Anha- berkata: ”Termasuk sebuah keutamaan dari
Rabb-ku atasku adalah Dia telah mengumpulkan antara air ludahku dengan air ludah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebelum beliau
wafat.” Kemudian masuklah putri beliau Fathimah - Radliallahu Anha- pada waktu dhuha di hari Senin 12 Rabi’ul awal 11 H, lalu dia menangis
saat masuk kamar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Dia menangis karena biasanya setiap
kali dia masuk menemui Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau berdiri dan menciumnya di antara kedua matanya, akan tetapi sekarang beliau tidak mampu berdiri untuknya. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda kepadanya: ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu di telinganya, maka dia pun menangis. Kemudian
beliau bersabda lagi untuk kedua kalinya: ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu sekali lagi, maka diapun
tertawa. Maka setelah kematian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, mereka bertanya kepada Fathimah -Radliallahu Anha-: “Apa yg telah dibisikkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepadamu sehingga engkau menangis, dan apa pula yang beliau bisikkan hingga engkau tertawa?” Fathimah berkata: ”Pertama kalinya
beliau berkata kepadaku:” Wahai Fathimah, aku akan meninggal malam ini.” Maka akupun menangis. Maka saat beliau mendapati tangisanku beliau kembali berkata kepadaku:
”Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yg pertama kali akan bertemu denganku.” Maka akupun tertawa. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil Hasan dan Husain, beliau mencium keduanya
dan berwasiat kebaikan kepada keduanya. Lalu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil semua istrinya, menasehati dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat. Beliau mengulang-ulang wasiat itu.
Lalu rasa sakitpun terasa semakin berat, maka beliau bersabda: ”Keluarkanlah siapa saja dari
rumahku.” Beliau bersabda: ”Mendekatlah kepadaku wahai ‘Aisyah!” Beliaupun tidur di dada
istri beliau ‘Aisyah -Radliallahu Anha-. ‘Aisyah ra berkata: ”Beliau mengangkat tangan beliau seraya
bersabda: ”Bahkan Ar-Rafiqul A’la bahkan Ar-Rafiqul A’la.” Maka diketahuilah bahwa disela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la. Masuklah malaikat Jibril ‘Alaihi wa Sallam
menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam seraya berkata: ”Malaikat maut ada di pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” Maka beliau berkata kepadanya: ”Izinkan
untuknya wahai Jibril.” Masuklah malaikat Maut seraya berkata: ”Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk
memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di Akhirat.” Maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: ”Bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la (Teman yg tertinggi), bahkan aku memilih Ar-
Rafiqul A’la, bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu : para
nabi, para shiddiqiin, orang-orang yg mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah rafiq
(teman) yg sebaik-baiknya.”
‘Aisyah -Radliallahu Anha menuturkan bahwa sebelum Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya,
dan dia mendengarkan beliau secara seksama, beliau berdo’a:
“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada ar-rafiq al-a’la. Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la, Ya Allah (aku minta) ar-
rafiq al-a’la.” Berdirilah malaikat Maut disisi kepala Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam-sebagaimana dia berdiri di sisi kepala salah seorang diantara kita- dan berkata: ”Wahai roh yg bagus, roh Muhammad ibn Abdillah, keluarlah menuju keridhaan Allah, dan menuju Rabb yg ridha dan tidak murka.” Sayyidah ‘Aisyah -Radliallahu Anha- berkata: ”Maka jatuhlah tangan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa
beliau telah wafat.” Dia -Radliallahu Anha-berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yang disana ada para sahabat, dan kukatakan: ”Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah
wafat.” Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid. Ali bin Abi Thalib -Radliallahu Anhu- terduduk
karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan -Radliallahu Anhu- seperti anak kecil
menggerakkan tangannya ke kanan dan kekiri. Adapun Umar bin al-Khaththab -Radliallahu Anhu- berkata: ”Jika ada seseorang yang
mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa ‘Alaihi Salam pergi untuk menemui Rabb-Nya.”
Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar -Radliallahu Anhu-, dia masuk kepada Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, memeluk beliau dan berkata:” Wahai sahabatku, wahai kekasihku,
wahai bapakku.” Kemudian dia mencium Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata : ”Anda
mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.” Keluarlah Abu Bakar -Radliallahu Anhu- menemui
manusia dan berkata: ”Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah
wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati. ”Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku
menangis sendiri.”
ﺍﻧّﺎ ﻟﻠﮧ ﻭ ﺍﻧّﺎ ﺍﻟﯿﻪ ﺭﺍﺟﻌﻮﻥ ,
telah berpulang ke rahmat Allah orang yang paling mulia, orang yang paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63
tahun lebih 4 hari. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi kita tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Ya Allah, berikanlah rizqi kepada kami, syafaat kekasih kami Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan
satu teguk air yg menyegarkan dari haudh (telaga) beliau dgn tangan beliau yg mulia.
(Dikutip dari majalah Qiblati edisi 07 tahun II)
Wednesday, 22 October 2014
Haiwan bernama Anjing
Allah سبحانه وتعالى telah menciptakan semua makhluk.
(وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ ۚ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ) surah al-an'am ayat 38
"Dan tiadalah binatang binatang yang ada di bumi dan burung burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat juga seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam al-kitab, kemudian kepada rabb mereka dihimpunkan"
Anjing merupakan makhluk Allah dan banyak memberi manfaat kepada manusia. Terutamanya di dalam bab menjaga harta, keselamatan ternakan, tanaman dan lain2 lagi.
قال ابن المغفل: أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بقتل الكلاب، ثم رخص في كلب صيد و كلب الغنم.
Ibnu Mughaffal telah berkata : Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan supaya membunuh anjing anjing, kemudian beliau memberi kelonggaran bagi anjing buruan dan anjing menjaga kambing. Riwayat muslim.
حديث عدي بن حاتم، قال: قلت: يا رسول الله، إني أرسل كلاب المعلمة فيمسكن علي، و اذكر اسم الله عليه فقال: إذا أرسلت كلبك المعلم و ذكرت اسم الله عليه فكل.
قلت: و إن قتلن؟ قال : و إن قتلن ما لم يشركها كلب ليس معها.
Hadith adii bin haatim, dia berkata : aku telah berkata:
Wahai Rasulullah, aku telah melepaskan anjing anjing yang terlatih untuk berburu, anjing anjing tersebut membawa hasil buruan kepadaku, dan aku telah menyebut nama Allah padanya. Lalu Rasulullah mengatakan: apabila kamu telah melepaskan anjing buruan kamu yang terlatih dan telah menyebut nama Allah (Bismillah), maka makanlah.
Riwayat al-bukhori
dibolehkan memelihara anjing dengan syarat.
و أيما قوم اتخذوا كلبا ليس بكلب حرث أو صيد أو ماشية نقصوا من أجورهم، كل يوم قيراطا.
Dan mana2 orang yang memelihara anjing bukan kerana untuk menjaga harta atau berburu atau petunjuk jalan, maka akan dikurangkan pahalanya setiap hari dengan 1 qirath.
Riwayat ahmad, muslim.
Di dalam lafaz lain 2 qirath.
قال النووي : و أما القراط هنا فهو مقدار معلوم عند الله، و المراد نقص جزء من أجر عمله.
"Dan adapun qirath di sini, iaitu suatu kadar yang maklum disisi Allah. Dan yang dimaksudkan adalah kurang satu bahagian dari pahalanya."
bagi yang memelihara untuk tujuan keselamatan, menjaga tanaman, berburu dan yang berkaitan dengannya, tidak akan dikurangkan pahalanya.
" Dan adapun memelihara anjing anjing, maka dalam mazhab kami (mazhab asy-syaafi'i), bahawa haram memelihara anjing dengan tiadanya keperluan. Dan boleh memeliharanya kerana untuk berburu, pertanian dan untuk menjaga binatang peliharaan. Dan apakah boleh untuk menjaga rumah-rumah dan gerbang-gerbang dan yang seumpamanya? Dalam hal ini ada 2 pendapat, salah satunya tidak dibolehkan kerna menurut dzohir hadith2. Maka jelas larangannya kecuali untuk perkebunan, berburu atau menjaga ternakan. Dam qaul yang paling shohih adalah dibolehkan, kerana dikiaskan atas 3 perkara tersebut, dengan mengamalkan dengan illat yang difahami dari hadith2 tersebut iaitu kerana keperluan. Dan apakah boleh memelihara anak anjing dan mendidiknya untuk berburu, menjaga kebun atau menjaga ternakan? Padanya ada 2 pendapat dalam mazhab kami (mazhab asy-syaafi'i), yang shohih adalah dibolehkan. Syarah muslim (10/236).
kenajisannya?
3 golongan yang berbeza pendapat.
Golongan 1: keseluruhannya najis
Golongan 2: hanya jilatan/ air liur yang najis.
Golongan 3: suci keseluruhannya.
Ketiga tiga golongan berbeza dalam memahami hadith
طهور إناء أحدكم إذا ولغ فيه الكلب أن يغسله سبع مرات أولاهن بالتراب.
Benjana salah seorang daripada kalian adalah suci, apabila anjing menjilatnya (untuk minum), hendaklah dicuci sebanyak 7 kali, salah satinya dengan air tanah.
1. Ada yang mengatakan, bahawa cuci untuk satu bentuk penyingkiran najis/kotoran
2. Ada yang mengatakan ia adalah satu bentuk ta'abbudi ( satu bentuk ketaatan )
Wallahu'alam. Yang benar hanya lah dari Allah dan Rasulnya..
Berdasarkan hadith berburu. Yang mana Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengatakan :
إذا أرسلت كلبك وذكرت اسم الله عليه فكل.
Apabila kamu melepaskan anjing dan kamu telah membaca Bismillah maka makan lah.
"فكل"
Huruf ف di sini, menunjukkan
لترتيب و تعقيب
Tertib dan terus melakukannya.
Atau
ف للترتيب بالتصال
Menunjukkan tartib dan bersambung terus..
Di sini tidak menunjukkan perintah untuk menyucikannya. Seandainya ia najis, sudah pasti Rasulullah memerintahkannya untuk menyucikannya.
Berdasarkan hadith riwayat bukhori.
قال الزهري : إذا ولغ في إناء, ليس له وضوء غيره، يتوضأ به.
Az-Zuhri telah berkata: apabila anjing telah menjilat di dalam benjana, tidak ada air wuduk selain dari air itu, berwuduklah dengannya.
Anjing boleh dihukum najis hanya apabila ada keterangan dari Allah سبحانه وتعالى dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Tiada siapa yang boleh menajiskannya hanya kerana tidak masuknya malaikatyang didapati ada anjing di dalam rumahnya itu, kurang pahala 1 qirat, bukan juga disebabkan ada suruhan membunuhnya dan bukan juga kerana telah diwajibkan mencuci 7 kali.
Monday, 13 October 2014
Madu dan Kayu Manis
siapa pernah terfikir?
Madu merupakan satu-satunya makanan atas muka bumi yang tidak akan basi mahupun rosak. Apa yang terjadi hanyalah ianya ''bertukar jadi gula''. Realiti sebenarnya, madu tetap madu.Bagaimanapun, bila ditinggalkan di tempat yang gelap dan sejuk pada waktu yang lama ianya akan men''hablur'' atau kristallized. Apabila ini berlaku , didihkan sedikit air dan masukkan bekas yang berisi madu ke dalam air panas , dan tutup api dari terus menyala, dan biarkan madu cair secara biasa tanpa pendidihan. Ianya akan tetap kekal sebagai madu dari segi perubatan dan keadaan.Jangan didihkan madu atau masukkan ke dalam mikrowave, ini akan membunuh atau merosakkan enzim-enzim berguna di dalam madu.
Syarikat ubat (ubat-ubatan moden) tidak suka perkara ini kecoh di dalam masyarakat yang mana fakta menunjukkan madu dan kayu manis : campuran madu dan kayu manis boleh menyembuhkan hampir kesemua penyakit. Madu boleh didapati di semua negara dunia. Para saintis juga menerima bahawa madu merupakan ubatan ''Ram Ban'' (paling berkesan) terhadap semua jenis penyakit. Madu boleh digunakan tanpa tanpa sebarang kesan sampingan untuk apa-apa jenis penyakit. Sains moden juga mengatakan bahawa walaupun madu adalah manisan, tetapi apabila diambil pada dos yang betul sebagai ubat , ianya tidak akan memberi kesan buruk termasuk pada pengidap kencing manis.
Ini di antara kajian dari saintis barat :
Penyakit Jantng : Buatkan serbuk kayu manis. Sapukan madu dan serbuk kayu manis pada roti dan makan secara tetap setiap hari semasa sarapan (sebagai ganti dari jem). Ini akan mengurangkan kolesterol di dalam pembuluh darah (arteri) dan menyelamatkan pesakit dari serangan jantung (heart attack). Juga, bagi yang sedia ada atau pernah diserang serangan jantung , apabila amalan ini dibuat secara harian, ianya akan menjauhkan pesakit berbatu-batu dari serangan seterusnya. Penggunaan secara tetap amalan di atas akan mengurangkan kesukaran bernafas (membetulkan pernafasan) dan akan menguatkan jantung mengepam. Di Amerika dan kanada , pelbagai jururawat di rumah telah merawat pesakit secara jayanya dan juga didapati bahawa pada satu tahap umur, pembuluh dan salur darah (arteri dan vein) akan hilang flexibilitinya (kekenyalan) dan akan mudah tersumbat , madu dan kayu manis akan mengembalikan semula sifat asalnya.
Radang sendi (arthritis) : pesakit arthritis boleh mengambil secara harian (pagi dan malam) satu cawan air suam bersama 2 sudu teh madu dan satu sudu serbuk kayu manis. Apabila ini diambil secara tetap , pesakit kronik arthritis juga boleh sembuh. Di dalam kajian terbaru yang diketuai oleh Universiti Copenhagen , mereka mendapati bawa doktor-doktor yang merawat psakit mereka dengan campuran 1 sudu madu dan 1/2 sudu serbuk kayu manis sebelum sarapan pagi, mereka mendapati bahawa di dalam satu minggu (dari 200 orang pesakit yang dirawat) - 73 pesakit hilang kesakitannya di dalam seminggu dan di dalam sebulan , hampir kesemua pesakit yang tidak boleh berjalan atau bergerak disebabkan radang (arthritis) sudah boleh berjalan tanpa sebarang kesakitan.
Jangkitan Pundi Kencing: ambil dua sudu serbuk kayu manis dan satu sudu madu di dalam air suam dan minum. Ianya akan membunuh kuman di dalam pundi.
Kolesterol : Dua sudu besar madu dan tiga sudu teh serbuk kayu manis dicampurkan dengan 16 auns air teh diberikan pada pesakit kolesterol , didapati bahawa kandungan kolesterol di dalam badan pesakit turun sebanyak 10% hanya selepas 2 jam. Apabila ini diambil sebanyak 3 kali sehari , sebarang penyakit kolesterol tahap kronik akan sembuh. Melalui maklumat yang diterima dari Journal , madu asli yang diambil secara harian bersama makanan mengurangkan komplen(keluhan) terhadap kolesterol.
Selesema : bagi yang terseksa dengan selesema perlu mengambil 1 sudu besar madu bersama 1/4 sudu serbuk kayu manis 3 kali sehari. Proses ini akan menyembuhkan kesemua batuk yang terus, demam , dan membersihkan sinus (ruang udara di dalam tengkorak sekeliling hidung).
Perut Meragam : Madu diambil bersama kayu manis menyembuhkan sakit perut dan membersihkan @ menyembuhkan perut dari sebarang ulcers. Kembung (gas) : kajian yang dibuat di Jepun dan India, mendapati bahawa madu yang diambil bersama-sama kayu manis akan mengeluarkan gas dari perut.
Imun Sistem : penggunaan harian madu dan serbuk kayu manis menguatkan sistem pertahanan (imun) dan melindungi badan dari serangan kuman dan bakteria. Saintis mendapati bahawa madu mempunyai pelbagai vitamin dan zat besi dalam jumlah yang besar. Penggunaan madu secara tetap akan menguatkan korpuskel sel darah putih (dimana mengandungi dna) untuk melawan penyakit yang disebabkan bakteria dan kuman (virus).
Tak Hadam : Serbuk kayu manis dicampur bersama 2 sudu besar madu yang diambil sebelum tidur akan merembeskan asid dan menghancurkan makanan berat.
Influenza : Saintis dari sepanyol membuktikan bahawa madu mempunyai kandungan semula jadi yang membunuh kuman influenza dan menyelamatkan pesakit dari flu.
Umur Panjang : Teh yang dibuat bersama madu dan serbuk kayu manis,bila diambil secara tetap , mengelakkan kerosakan disebabkan bertambahnya usia. Pengambilan 4 sudu teh madu, 1 sudu teh serbuk kayu manis dan 3 mangkuk kecil air panas untuk membuat teh. Minum 1/4 mangkuk - 3-4 kali sehari. Ini akan mengekalkan kesegaran kulit, kelembutan dan ketegangan. Jangka hayat dipanjangkan , dan mereka yang berumur 100 tahun sekalipun boleh memulakan aktiviti seperti berumur 20 tahun. (dalam Islam , kita ada beberapa amalan untuk panjang umur - amalkan di atas + bersedekah dan menyambungkan silaturrahim - in sya allah, umur kita akan panjang)
Sakit tekak : apabila tekak rasa tidak selesa , ambil satu sudu madu dan kulum sambil telan sedikit demi sedikit sehingga ambil. Ulang setiap 3 jam sehingga tekak hilang simptom sakit/ketidak selesaan.
Jerawat : 3 sudu besar madu dan 1 sudu teh serbuk kayu manis paste. Sapukan paste ini di atas jerawat sebelum tidur dan basuhnya tika bangun keesokan pagi dengan air suam. Jika diamalkan selama dua minggu , ia akan membuang jerawat dari akarnya.
Jangkitan Kulit :Sapukan campuranmadu dan serbuk kayu manis dalam ratio yang sama pada kulit yang terkesan , akan menyembuhkan ekzema , dan semua jenis jangkitan kulit.
Hilangkan Berat Badan : Pagi , sejam setengah sebelum sarapan pagi dan tika perut kosong , dan pada waktu malam sebelum tidur , minum madu dan serbuk kayu manis di dalam air suam. Jika diambil secara tetap, ianya akan mengurangkan berat walaupun pada mereka yang berlebihan berat badan. Jika minum secara tetap , ianya tidak akan membenarkan lemak untuk berkumpul dalam badan walaupun individu tersebut mengambil makanan yang tinggi kalori.
Kanser : Kajian terbaru di Jepun dan Australia mendedahkan bahawa kanser perut dan tulang telah berjaya dirawat dengan jayanya. Pesakit yang mengidap penyakit ini perlu mengambil setiap hari satu sudu madu bersama satu sudu teh serbuk kayu manis 3 hari sekali selama satu bulan.
Lemah : kajian baru-baru ini menunjukkan gula yang terkandung di dalam madu adalah sangat membantu dalam mengembalikan kekuatan badan berbanding gula buatan. masyarakat yang mengambil madu dan serbuk kayu manis dengan ratio yang sama didapati lebih peka dan flexible. Dr. Milton , yang menjalankan kajian ini , mengatakan separuh sudu besar madu yang diminum bersama segelas air yang dicampur dengan serbuk kayu manis, jika diambil setiap hari selepas gosok gigi dan tengah hari (sekitar 3 petang) - akan mengembalikan kecerdasan badan dalam masa seminggu.
Sukar Bernafas : penduduk di Amerika selatan berkumur dengan satu sudu madu dan serbuk kayu manis dicampur dengan air suam , sebagai rutin harian pertama pada waktu pagi , bagi membolehkan pernafasan mereka sentiasa segar sepanjang hari.
Kurang @ hilang pendengaran : Pagi hari dan malam - madu dan serbuk kayu manis diambil pada sukatan yang sama boleh mengembalikan pendengaran.
Rujukan : Dr Zulkifli Sharif
Allah sebaik-baik penyembuh , Dia menurunkan penyakit dan Dari Dia disembuhkan segala Penyakit.Assyafi , Arrahman ArRahim.Kepada Allah kita mohon pertolongan...wa iza marid tu fahuyashfin!!
Seruan 4 Imam Mengikuti sunnah
Pendapat Para Imam Sekitar Mengikuti Sunnah dan Meninggalkan Pendapat-Pendapat yang Bertentangan Dengannya.
Pendapat-pendapat para imam dalam masalah berpegang teguh pada hadits, dan larangan bertaklid tanpa pengetahuan. Barangsiapa berpegang teguh terhadap hadits, sekalipun bertentangan dengan pendapat para imam, tidak bererti menyalahi pendapat mazhab yang dianut dan juga tidak berarti telah keluar dari jalan yang ditempuh mazhabnya.
Apabila terjadi pertentangan antara perintah Rasulullah SAW dengan yang lainnya maka hendaknya perintah Rasulullah SAW didahulukan dan diikuti.
Abu Hanifah (Mazhab Hanafi)
1. Bila suatu hadits itu benar maka itulah mazhabku
2. Tidak dibolehkan bagi seseorang untuk mengambil pendapat kami bila tidak mengetahui darimana kami mengambilnya.
3. Apabila aku mengemukakan suatu pendapat yang bertentangan dengan kitab Allah dan khabar dari Rasulullah SAW, hendaknya kalian meninggalkan pendapatku.
Malik bin Anas (Mazhab Maliki)
1. Sesungguhnya aku adalah manusia yang terkadang salah dan terkadang benar, maka lihatlah pendapatku. Apabila sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah maka ambillah. Setiap yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah, tinggalkan.
2. Setiap perkataan orang boleh dipakai atau ditinggalkan kecuali perkataan Nabi SAW.
Imam Syafi’i (Mazhab Syafi'i)
1. Tidak ada seorangpun yang bermazhab melainkan mazhab Rasulullah SAW. Apapun pendapat yang saya kemukakan atau yang saya sarikan sedangkan terdapat hadits yang bertentangan dengan pendapatku maka yang benar adalah sabda Rasulullah SAW. Itulah pendapatku.
2. Seluruh kaum muslimin telah bersepakat bahawa orang yang secara jelas telah mengetahui suatu hadis dari Rasulullah tidak halal meninggalkannya demi mengikuti pendapat seseorang.” (Al-Filani, hal 68)
3. Jika kalian mendapati dalam kitabku yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW maka ambillah sunnah Rasulullah SAW dan tinggalkanlah pendapatku. (An-Nawawi dalam Al-Majmu’, 1/63)
4. Bila sebuah hadits dinyatakan sahih, maka itulah mazhabku. (An-Nawawi dalam al-Majmu', 1/63)
5. Setiap masalah yang ada haditsnya dari Rasulullah SAW menurut ahli hadits yang bertentangan dengan pendapatku, niscaya aku cabut pendapatku baik selama aku masih hidup atau setelah matiku. (Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 9/107)
8. Apabila kamu mengetahui aku mengatakan suatu pendapat yang menyalahi hadis Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam yang sahih, ketahuilah bahawa akalku telah hilang.” (Ibn ‘Asakir dengan sanad yang sahih, 15/10/1)
7. Semua yang aku ucapkan sedangkan ada hadits Rasulullah SAW yang sahih bertentangan dengan pendapatku maka hendaknya diutamakan hadits Rasulullah SAW, janganlah bertaklid kepadaku. (Ibn ‘Asakir dengan sanad yang sahih, 15/9/2)
8. Setiap hadits yang sahih dari Rasulullah SAW adalah pendapatku, sekalipun kalian tidak mendengarnya dariku. (Ibn Abi Hatim, 93-94)
Ahmad bin Hambal (Mazhab Hanbali)
1. Janganlah bertaklid kepadaku, Malik, Syafi’i, Auza’i dan tidak pula Tsuri, ambillah dari apa yang meraka ambil.
2. Al-Auza’i berpendapat, Malik berpendapat, dan Abu Hanifah berpendapat. Menurutku semuanya adalah ra’yu, sedangkan yang dapat dijadikan hujjah dalam masalah-masalah agama adalah atsar (hadits).
3. Barangsiapa menolak hadits Rasulullah SAW maka ia berada di tepi kehancuran.
Kesimpulan
Ke-empat Imam mazhab telah memerintahkan pengikutnya dan mengharuskan mereka agar menginggalkan pendapat mazhab jika kemudian didapati bertentangan dengan sunnah.
Sumber: Kitab Sifat Solat Nabi
BOHONG YANG DIBOLEH
بِسْمِ اللََهِ الرََحْمَنِ الرَّ حِيمِ
Berdusta/bohong adalah perkara yg haram,dosa besar. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
"Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa yg paling besar? (Diucapkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم tiga kali). Para shahabat berkata, iya, wahai Rasulullah صلى الله عليه وسلم . Sabdanya: menyekutukan Allah, durhaka kepada ibu bapak, Lalu beliau duduk dan bersandar, -ketahuilah! Dan dusta.." (HSR. Al-Bukhari)
==================
Namun, ª∂a̲̅ dusta/bohong yg dibolehkan, sebagaimana Rasulullaah صلى الله عليه وسلم bersabda:
"...Nabi صلى الله عليه وسلم memberi keringanan berdusta dalam 3 perkara: dalam peperangan, dalam mendamaikan sesama manusia dan ucapan suami kepada istrinya..." (HSR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan At-Turmudzie)
==================
Kesimpulan:
- Dusta/Bohong hukum asalnya haram dan dosa besar
- Dusta/Bohong dibolehkan hanya untuk 3 hal, yakni 1) dalam peperangan,2) dalam mendamaikan sesama manusia dan 3) ucapan suami kepada istrinya untuk keharmonisan keluarga.
Wallaahu A'alam Bis Showaab
==================
FIQHUL HADITS || Abuya Daffa
PIN ΒΒ 325C1CA7
http://surauilmu.wordpress.com
==================
Sunday, 12 October 2014
Monday, 6 October 2014
Bolehkah Makan Daging Qurbannya Sendiri?
Assalamu’alaikum, Apabila saya berkurban dan mengakikahi anak saya apakah diperkenakan turut serta memakan daging kurban atau akikah tersebut?
Terima kasih atas pencerahannya.
Wassalam
Nono Ss.
Jawaban:
Wa ‘alaikumussalam
Memakan Daging qurbannya Sendiri
Dianjurkan bagi shahibul kurban untuk ikut memakan hewan qurbannya. Bahkan ada sebagian ulama menyatakan shahibul kurban wajib makan bagian hewan qurbannya. Ini berdasarkan firman Allah:
فَكُلُواْ مِنْهَا وَأَطْعِمُواْ الْبَآئِسَ الْفَقِيرَ
“Makanlah darinya dan berikan kepada orang yang sangat memerlukan.” (Qs. Al-Haj: 28)
Al-Qurthubi mengatakan, “Kalimat ‘Makanlah darinya’ merupakan perintah yang maknanya anjuran, menurut mayoritas ulama. Dianjurkan bagi seseorang untuk makan sebagian dari kurbannya dan memberikan yang lebih banyak sebagai sedekah. Mereka juga membolehkan untuk menyedekahkan semuanya… Sebagian ulama ada yang memiliki pendapat aneh, dimana mereka mewajibkan makan hewan kurban dan menyedekahkannya sesuai dengan makna tekstual ayat.” (Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, 12:44).
Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini mengatakan,
“Sebagian ulama berdalil dengan hadis ini untuk menyatakan wajibnya makan daging kurban. Namun ini adalah pendapat yang aneh. Adapun mayoritas ulama berpendapat bahwa perintah di atas hanyalah rukhshah (keringanan) dan sifatnya anjuran. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang sahih dari Jabir bin Abdillah
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما نحر هديه أمر من كل بدنة ببضعة فتطبخ، فأكل من لحمها، وحسا من مرقها
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah menyembelih hewannya, ia meminta sebagian daging dari untanya dan dimasak. Kemudian memakan dagingnya dan mencicipi kuahnya. (HR. Muslim).
Abdullah bin Wahb menyatakan bahwa Imam Malik pernah berkata kepadanya,
أحب أن يأكل من أضحيته؛ لأن الله يقول: فَكُلُوا مِنْهَا
“Saya senang jika sohibul kurban makan daging kurbannya. Karena Allah berfirman, yang artinya: ‘Makanlah bagian hewan kurban’.” Ibnu Wahb mengatakan, Saya bertanya kepada Al-Laits dan ia menjawab dengan jawaban yang sama. (Tafsir Ibn Katsir, 5:416).
Bagaimana dengan akikah?
Para ulama menjelaskan bahwa cara penanganan akikah sama dengan cara penanganan kurban. Artinya, boleh dimakan sendiri dan disedekahkan kepada orang lain.
Ibnu Qudamah mengatakan, “Cara penanganannya (hewan akikah), dimakan atau dihadiahkan atau disedekahkan, sama dengan cara penanganan untuk kurban… Ini merupakan pendapat Imam Asy-Syafi’i. Ibnu Sirrin mengatakan, “Silahkan kelola daging akikah sesuai kehendak kalian.” (Al-Mughni, 11:120).
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsutasiSyariah.com
Saturday, 4 October 2014
berpuasa tanggal 9 dzulhijjah
berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah) bagi selain jama’ah haji. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثٌ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ فَهَذَا صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa tiga hari tiap bulan, puasa Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya, maka inilah puasa yang bagaikan berpuasa setahun penuh, puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) aku harapkan kepada Allah dapat menghapuskan dosa tahun yang lalu dan tahun yang tersisa, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) aku harap kepada Allah dapat menghapuskan dosa setahun lalu.” [HR. Muslim dari Qotadah radhiyallahu’anhu]
Friday, 3 October 2014
HADITS-HADITS DHO’IF DAN PALSU TENTANG KEUTAMAAN BULAN DZULHIJJAH
Diantara hadits-hadits Palsu
HADITS PERTAMA:
-1 ﺣﺪﻳﺚ ”: ﻣﻦ ﺻﺎﻡ ﺁﺧﺮ ﻳﻮﻡ ﻣﻦ ﺫﻱ ﺍﻟﺤﺠﺔ ،ﻭﺃﻭﻝ ﻳﻮﻡ ﻣﻦ
ﺍﻟﻤﺤﺮﻡ،ﻓﻘﺪ ﺧﺘﻢ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺍﻟﻤﺎﺿﻴﺔ ،ﻭﺍﻓﺘﺘﺢ ﻟﻠﺴﻨﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﺒﻠﺔ
ﺑﺼﻮﻡ،ﺟﻌﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﻔﺎﺭﺓ ﺧﻤﺴﻴﻦ ﺳﻨﺔ .”
“Barangsiapa yang berpuasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram, berarti dia telah mengakhiri
penghujung tahun dan mengawali tahun baru dengan puasa. Allah jadikan puasanya ini sebagai kaffarah (penghapus dosa-dosa) selama lima puluh tahun.”
Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi di dalam kitab Al-Maudhu’aat II/112, dari jalan Ahmad bin Abdullah Al-Harwy Al-Juwaibary, dari Wahb bin
Wahb, dari Ibnu Juraij, dari Atho’ , dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma secara marfu’. Derajat hadits ini Maudhu’ ( PALSU ), karena di dalam sanadnya ada dua perowi hadits yang pendusta, yaitu Al-Harwy dan Wahb, sebagaimana dinyatakan oleh imam Asy-Syaukani dalam Al-Fawaid Al Majmu’ah fi Al-
Ahadits Al-Maudhu’ah I/96′, imam As-Suyuthi didalam kitab Al-La-ali’ Al-Mashnu’ah II/92, Dan Ibnul Jauzi di dalam kitab Al-Maudhu’aat.
Ibnul Al-Jauzi rahimahullah berkata: “Al-Harwy dan Wahb adalah pendusta dan pemalsu hadits.”
(Lihat Al-Maudhu’aat II/112).
HADITS KEDUA:
Diriwayatkan dari Manshur bin Muhajir, ia berkata; telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin al-Muharrom, dari Atho bin Abi Robah, dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata: “Bahwasanya ada seorang pemuda
yang suka berpuasa di bulan Dzulhijjah. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadanya:
ﻟﻚ ﺑﻜﻞ ﻳﻮﻡ ﻋﺪﻝ ﻣﺎﺋﺔ ﺭﻗﺒﺔ ﺗﻌﺘﻘﻬﺎ، ﻭﻣﺎﺋﺔ ﺭﻗﺒﺔ ﺗﻬﺪﻳﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺑﻴﺖ
ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﻣﺎﺋﺔ ﻓﺮﺱ ﺗﺤﻤﻞ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺈﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻳﻮﻡ
ﺍﻟﺘﺮﻭﻳﺔ، ﻓﺬﻟﻚ ﻋﺪﻝ ﺃﻟﻒ ﺭﻗﺒﺔ، ﻭﺃﻟﻒ ﺑﺪﻧﺔ، ﻭﺃﻟﻒ ﻓﺮﺱ ﺗﺤﻤﻞ
ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ، ﻓﺬﻟﻚ ﻋﺪﻝ ﺃﻟﻔﻲ ﺭﻗﺒﺔ،
ﻭﺃﻟﻔﻲ ﺑﺪﻧﺔ، ﻭﺃﻟﻔﻲ ﺗﺤﻤﻞ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﺻﻴﺎﻡ ﺳﻨﺘﻴﻦ
ﻗﺒﻠﻬﺎ، ﻭﺳﻨﺘﻴﻦ ﺑﻌﺪﻫﺎ ”.
“Untuk setiap hari puasamu, (keutamaannya) seperti membebaskan seratus budak,
menghadiahkan seratus budak kepada rumah Allah, dan juga seperti membawa seratus kuda
untuk berjuang di jalan Allah. Dan apabila engkau puasa pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzul Hijjah) maka (keutamaannya) sebanding
dengan seribu budak, seribu onta, dan seribu kuda yang engkau bawa untuk berjuang di jalan Allah. Dan apabila engkau puasa pada hari
Arofah, maka pahalanya sebanding dengan (memerdekakan) dua ribu budak, dua ribu onta, dan dua ribu kuda yang engkau bawa untuk
berjuang di jalan Allah, dan (pahalanya jg) seperti engkau puasa dua tahun sebelumnya dan dua tahun sesudahnya.” Derajat Hadits ini Maudhu’ ( PALSU ), Karena
dalam sanadnya ada seorang perawi pendusta yang bernama: Muhammad bin Al-Muharram.
Yahya bin Ma’in berkata tentangnya: “Dia seorang perawi hadits yang tidak ada apa-apanya.” Ibnul Jauzi berkata: “Dia adalah manusia paling
pendusta.” (Lihat Al Maudlu’at, II/111). Imam As-Suyuthi juga menilai bahwa dia seorang perawi yg pendusta.”. (Lihat Al Lali Al-
Masnu’ah, II/107, dan Tanzihu Asy-Syari’ah II/148, Al-Fawaid Al-Majmu’ah no.95, dan ibnu Adi di dalam Al-Kamil VI/142).
HADITS KETIGA:
-3 ﺣﺪﻳﺚ ”: ﻣﺎ ﻣﻦ ﺃﻳﺎﻡ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺘﻌﺒﺪ ﻟﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﻋﺸﺮ
ﺫﻱ ﺍﻟﺤﺠﺔ ﻳﻌﺪﻝ ﺻﻴﺎﻡ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻣﻨﻬﺎ ﺑﺼﻴﺎﻡ ﺳﻨﺔ، ﻭﻗﻴﺎﻡ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ
ﻣﻨﻬﺎ ﺑﻘﻴﺎﻡ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ .”
“Tidak ada satu hari yang lebih dicintai Allah untuk dijadikan sebagai waktu beribadah kepada-Nya melebihi sepuluh hari (pertama)
bulan Dzulhijjah. Puasa sehari pada hari tersebut (pahalanya) sebanding dengan puasa selama setahun. Sedangkan beribadah di malam
hari pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah (pahalanya) sebanding dengan beribadah pada saat malam Lailatul Qadar.” Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi
rahimahullah nomor hadits: 758, dari jalan Mas’ud bin Washil, dari an-Nahas bin Qohm, dari Qotadah, dari Sa’id bin al-Musayyib, dari
Abu Hurairah radhiyallahu anhu secara marfu’. Beliau berkata: “Hadits ini ghorib (hanya diriwayatkan dari satu jalan), kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalan Mas’ud bin Washil dari An-Nahas.” Derajat hadits ini DHO’IF (Lemah), sebagaimana dinyatakan Syaikh Al-Albani dalam Dho’if At-
Tirmidzi no.758, Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah wa Al-Maudhu’ah no.5145, dan di dalam kitab Dha’if At-Targhib wa At-Tarhib, no. 734.
(Bersambung ke HADITS KEEMPAT, insyaAllah)
Rujukan;-lihat link dibawah
http://abufawaz.wordpress.com/2012/10/31/hadits-hadits-dhoif-dan-palsu-tentang-keutamaan-bulan-dzulhijjah/
Monday, 22 September 2014
Wednesday, 17 September 2014
Friday, 12 September 2014
Riyak
riyak...
Riyak adalah penyakit yang sangat tersembunyi tetapi
efeknya sangat besar hingga dinamakan sebagai syirik
khafiy (syirik tersembunyi). Antara kesan penyakit ini ialah
amalan yang dilakukan oleh seseorang hamba dengan
riyak boleh jadi ditolak oleh Allah, dan di akhirat nanti
sang hamba tidak mendapat apa-apa habuan daripada
amalan tersebut. Meskipun di dunia, Allah Taala
memberinya balasan kebaikan atas amalan-amalan
‘soleh’nya. Umpama amalan kebaikan yang dilakukan
oleh orang kafir, meskipun dia memperoleh kebaikan dan
faedah daripadanya di dunia, tetapi tiada sebarang habuan
diperoleh di akhirat. Alangkah ruginya…….
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺯِﻳﻨَﺘَﻬَﺎ ﻧُﻮَﻑِّ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﻫُﻢْ
ﻓِﻴﻬَﺎ ﻟَﺎ ﻳُﺒْﺨَﺴُﻮﻥَ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﻭَﺣَﺒِﻂَ ﻣَﺎ
ﺻَﻨَﻌُﻮﺍ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﺑَﺎﻃِﻞٌ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
Maksudnya: “Sesiapa yang usahanya semata-mata
berkehendakkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka
Kami akan sempurnakan hasil usaha mereka di dunia dan
mereka tidak dikurangkan sedikitpun padanya. Merekalah
orang-orang yang tidak ada baginya pada hari akhirat
kelak selain daripada azab Neraka dan pada hari itu
gugurlah apa yang mereka lakukan di dunia dan batallah
apa yang mereka telah kerjakan”. (Surah Hud: 15-16)
Bersedekahlah .
Mana yang lebih baik dan lebih besar pahalanya ? Jika ada dua orang datang ke rumah anda dan berhajatkan kepada sedikit daripada harta anda. Siapakah yang anda akan dahulukan untuk mendapatnya ?
1) Pengemis yang memohon sedekah
2) Sahabat yang ingin berhutang
PENCERAHAN :
Orang yang meminta sedekah biasanya akan meminta daripada semua orang yang ditemuinya, samada kenal atau tidak. Kalau dapat, dapatlah. Jika tak dapat, dia pergi kepada orang lain. Tetapi bila seseorang mahu meminjam atau berhutang dengan seseorang biasanya dia akan fikir dulu masak-masak dengan siapa dia boleh berhutang.
Biasanya orang ini akan hanya pergi berjumpa dengan orang yang dia rasa boleh memberi hutang itu. Orang yang berhutang ini biasanya sangat berhajat untuk menggunakan duit itu bagi membeli sesuatu keperluan atau melunaskan sesuatu bayaran. Dalam kata lain, orang tidak akan berhutang kalau tak desperate (terdesak)
"Pada malam Isra’ Mikraj, aku melihat tulisan di atas pintu syurga: “Pahala sedekah ialah 10 kali ganda dan pahala memberi hutang ialah 18 kali ganda”. Aku bertanya Jibril, “Kenapa memberi hutang lebih banyak pahalanya daripada sedekah?” Jawabnya, “Kerana orang yang meminta sedekah dalam keadaan meminta sedangkan dia mempunyai harta. Sedangkan orang yang meminta pinjaman tidak akan meminta pinjaman kecuali kerana sesuatu keperluan.” (HR : Ibn Majah & Baihaqi).
"Tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan kecuali ia bertambah, bertambah... bertambah."
(HR : At-Tirmizi)
KREATIF BERSEDEKAH :
1. Beli minyak wangi, tasbih, sejadah atau al-quran dan letakkan di masjid, surau atau musolla di pasaraya atau di R & R. Pasti akan ada orang yang akan menggunakannya.
2. Belilah beberapa buah kerusi lipat yang berkualiti, dan letakkan d dalam masjid. Supaya dapat digunakan orang yg memerlukannya.
3. Beli makanan khas untuk burung-burung ada dijual di kedat pets. Letakkan pada bekas yang khas dan gantung di pokok bunga. Anda akan seronok melihat burung warna-warni berkicau riang tanda bersyukur.
4. Setiap kali gaji keluar sediakan peruntukan khas untuk d sumbangkan sedikit kpd anak yatim atau fakir miskin. Atau simpan untuk dimasukkan ke dalam tabung masjid pada hari Jumaat nanti.
5. Maaf... sambil anda duduk mencangkung di tandas awam seperti di stesyen minyak, apa salahnya anda ambil hos getah pancutkan air bersihkan lantai tandas tersebut.
6. Lepas makan, basuh pinggan sendiri. Kalau ada pinggan mangkuk yang kotor dan tidak di basuh oleh room mate basuhkan sajalah tanpa banyak merungut.
7. Berhenti di simpang yang tiada lampu isyarat, berilah orang lain jalan dahulu. Jika kita memandu di sebelah lorong kanan dan ada kenderaan dari arah belakang memberi isyarat untuk memotong kita, beri sajalah sebab mungkin dia dalam keadaan kecemasan atau tergesa-gesa sakit perut nak terbuang air besar @ nak terkucil ke...
8. Sambil duduk-duduk di atas karpet masjid atau surau ketika mendengar kuliah atau tazkirah, carilah sampah-sampah kecil seperti benang stokin orang, batu-batu kecil dan seumpamanya masukkan dalam poket anda sementara. Kemudian buang dalam tong sampah bila kita keluar masjid atau surau tersebut.
9. Susun selipar atau kasut orang yang pergi ke masjid atau surau siap sedia menghala ke arah jalan. Supaya memudahkan orang untuk memakainya tanpa perlu memusingkan badannya seperti selalu.
10. Sebarkan CCUK ini seberapa banyak kedalam group dari pelbagai media sosial yang kita ada link padanya. Kerana usaha anda tersebut akan diteruskan pula oleh orang lain begitulah seterusnya sehingga setiap kali orang membacanya anda akan juga dapat saham akhiratnya.
Insyallah
Saturday, 6 September 2014
Friday, 5 September 2014
ucapan jazakallahhu khairan
Utk wanita seorang)
Semoga Allah beri ganjaran kebaikan
Maksud: Semoga Allah beri ganjaran kebaikan yg banyak pada kamu semua.
Lelaki/lelaki
fa jazakumullahhu khairan..
(Antum -ramai)ً
(Lelaki/wanita)
(Lelaki)
(2 orang )
(Ramai)
RUQYAH, PENYEMBUHAN DENGAN AL-QUR'AN DAN AS-SUNNAH
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Allah menciptakan makhlukNya dengan memberikan cobaan dan ujian, lalu menuntut konsekwensi kesenangan, yaitu bersyukur; dan konsekwensi kesusahan, yaitu sabar. Hal ini bisa terjadi dengan Allah membalikkan berbagai keadaan manusia sehingga peribadahan manusia kepada Allah menjadi jelas. Banyak dalil-dalil yang menunjukkan bahwa musibah, penderitaan dan penyakit merupakan hal yang lazim bagi manusia. Dan semua itu pasti menimpa mereka, untuk mewujudkan peribadahan kepada Allah semata, serta untuk melihat siapa yang paling baik amalnya.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Mahapengampun" [Al Mulk/67 : 2]
Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian; bahkan cobaan dan ujian merupakan Sunnatullah dalam kehidupan. Manusia diuji dalam segala sesuatu, baik dalam hal-hal yang disenangi maupun dalam hal yang dibenci dan tidak disukai. Allah berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan". [Al Anbiya`/21: 35].
Tentang ayat ini, Ibnu Abbas berkata: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan, kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan maksiat, petunjuk dan kesesatan”.[1]
Berbagai macam penyakit merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hambaNya. Sesungguhnya, cobaan-cobaan itu merupakan Sunnatullah yang telah ditetapkan berdasarkan rahmat dan hikmahNya. Ketahuilah, Allah tidak menetapkan sesuatu, baik berupa takdir kauni (takdir yang pasti berlaku di alam semesta ini) atau syar’i, melainkan di dalamnya terdapat hikmah yang amat besar, sehingga tidak mungkin bisa dinalar oleh akal manusia. Berbagai cobaan, ujian, penderitaan, penyakit dan kesulitan, semua itu mempunyai manfaat dan hikmah yang sangat banyak.
Pada zaman sekarang, banyak penyakit yang menimpa manusia. Ada yang sudah diketahui obatnya, dan ada pula yang belum diketahui obatnya. Hal ini merupakan cobaan dari Allah, yang juga akibat dari perbuatan dosa dan maksiat yang dilakukan manusia. Allah berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
"Dan apa saja musibah yang menimpamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)". [Asy Syura/42 : 30].
Setiap penyakit pasti ada obatnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ماَ أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
"Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan pasti menurunkan obatnya".[2]
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ, فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ
"Setiap penyakit ada obatnya. Jika suatu obat itu tepat (manjur) untuk suatu penyakit, maka akan sembuh dengan izin Allah". [3]
Seorang muslim, bila ditimpa penyakit, ia wajib berikhtiar mencari obatnya dengan berusaha secara maksimal. Dalam usaha mengobati penyakit yang dideritanya, maka wajib memperhatikan tiga hal.
Pertama : Bahwa obat dan dokter hanya sarana kesembuhan. Adapun yang benar-benar menyembuhkan penyakit hanyalah Allah.
Allah berfirman, mengisahkan Nabi Ibrahim Alaihissallam.
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
"..dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku". [Asy Syu’ara’/26: 80].
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ ۚ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka tidak ada yang dapat menolak karuniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendakiNya diantara hamba-hambaNya, dan Dia-lah Yang Maha pengampun lagi Maha penyayang". [Yunus/10 : 107].
Kedua : Dalam berikhtiar atau berusaha mencari obat tersebut, tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang haram dan syirik.
Yang haram seperti berobat dengan menggunakan obat yang terlarang atau barang-barang yang haram, karena Allah tidak menjadikan penyembuhan dari barang yang haram.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ خَلَقَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ , فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَتَدَاوَوْا بِحَرَامٍ
"Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan (obat) yang haram".[4]
إَنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَ كُمْ فِي حَرَامٍ
"Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan (dari penyakit) kalian pada apa-apa yang haram".[5]
Tidak boleh juga berobat dengan hal-hal yang syirik, seperti: pengobatan alternatif dengan cara mendatangi dukun, tukang sihir, paranormal, orang pintar, menggunakan jin, pengobatan dengan jarak jauh dan sebagainya yang tidak sesuai dengan syari’at, sehingga dapat mengakibatkan jatuh ke dalam perbuatan syirik dan dosa besar yang paling besar. Orang yang datang ke dukun atau orang pintar, ia tidak akan diterima shalatnya selama empatpuluh hari. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّا فًـا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ, لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً
"Barangsiapa yang datang kepada dukun (orang pintar atau tukang ramal), lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama empatpuluh malam".[6]
مَنْ أَتَى عَرَّا فًـا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ, فَقَد كَفَرَ بِمَا أُنزِلَ عَلى مُحَمَّدٍ
"Barangsiapa yang mendatangi orang pintar (tukang ramal atau dukun), lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, maka sungguh ia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad".[7]
Apabila seseorang terkena sihir, guna-guna, santet, kesurupan jin dan lainnya atau penyakit menahun yang tak kunjung sembuh, maka sekali-kali ia tidak boleh mendatangi dukun, tukang sihir atau paranormal. Perbuatan tersebut merupakan dosa besar. Begitu pula, seseorang tidak boleh bertanya kepada mereka tentang penyakit maupun tentang hal-hal yang ghaib, karena tidak ada yang mengetahui perkara ghaib, melainkan hanya Allah saja; bahkan Rasulullah pun tidak mengetahui perkara yang ghaib. Allah berfirman:
"Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku”. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" [Al An’am : 50].
Ketiga : Pengobatan dengan apa yang ditunjukkan dan diajarkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti ruqyah, yaitu membacakan ayat-ayat Al Qur`an dan do’a-do’a yang shahih; begitu juga dengan madu, habbatus sauda’(jintan hitam), air zam-zam, bekam (mengeluarkan darah kotor dengan alat bekam), dan lainnya. Pengobatan dan penyembuhan yang paling baik itu dengan ayat-ayat Al Qur`an, karena Al Qur`an merupakan petunjuk bagi manusia, penyembuh dan rahmat bagi kaum mukminin.
Tidak diragukan lagi, bahwa penyembuhan dengan Al Qur`an dan dengan apa yang diajarkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berupa ruqyah, merupakan penyembuhan yang bermanfaat, sekaligus penawar yang sempurna. Allah berfirman:
"Katakanlah: “Al Qur`an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman". [Fushshilat:44].
"Dan kami turunkan dari Al Qur`an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman". [Al Isra` : 82].
Pengertian “dari Al Qur`an” pada ayat di atas ialah Al Qur`an itu sendiri. Karena Al Qur`an secara keseluruhan ialah sebagai penyembuh, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.[9]
Allah berfirman:
"Hai sekalian manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian, dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman". [Yunus : 57].
Dengan demikian, Al Qur`an merupakan penyembuh yang sempurna diantara seluruh obat hati dan juga obat fisik, sekaligus sebagai obat bagi seluruh penyakit dunia dan akhirat. Tidak setiap orang mampu dan mempunyai kemampuan untuk melakukan penyembuhan dengan Al Qur`an. Jika pengobatan dan penyembuhan itu dilakukan secara baik terhadap penyakit, dengan didasari kepercayaan dan keimanan, penerimaan yang penuh, keyakinan yang pasti, terpenuhi syarat-syaratnya, maka tidak ada satu penyakitpun yang mampu melawannya untuk selamanya. Bagaimana mungkin penyakit-penyakit itu akan menentang dan melawan firman-firman Rabb bumi dan langit, yang jika firman-firman itu turun ke gunung, maka ia akan memporak-porandakan gunung-gunung tersebut? Atau jika turun ke bumi, niscaya ia akan membelahnya? Oleh karena itu, tidak ada satu penyakit hati dan juga penyakit fisik pun melainkan di dalam Al Qur`an terdapat jalan penyembuhannya, penyebabnya, serta pencegah terhadapnya bagi orang yang dikaruniai pemahaman oleh Allah terhadap KitabNya. Allah ‘Azza wa Jalla (Yang Maha perkasa lagi Maha agung) telah menyebutkan di dalam Al Qur`an beberapa penyakit hati dan fisik, juga disertai penyebutan penyembuhan hati dan fisik.
Penyakit hati terdiri dari dua macam, yaitu: penyakit syubhat (kesamaran) atau ragu dan penyakit syahwat atau hawa nafsu. Allah Yang Maha suci telah menyebutkan beberapa penyakit hati secara terperinci disertai dengan beberapa sebab, sekaligus cara menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut.[10]
Allah berfirman:
"Dan apakah tidak cukup bagi mereka, bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur`an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya di dalam Al Qur`an itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman". [Al ‘Ankabut : 51].
Al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengemukakan:
فَمَنْ لَمْ يَشْفِهِ الْقُرانُ فَلاَ شَفَاهُ اللهُ, وَمَنْ لَمْ يَكْفِهِ فَلاَ كَفَاهُ اللهُ.
"Barangsiapa yang tidak dapat disembuhkan oleh Al Qur`an, berarti Allah tidak memberikan kesembuhan kepadanya. Dan barangsiapa yang tidak dicukupkan oleh Al Qur`an, maka Allah tidak memberikan kecukupan kepadanya".[11]
Mengenai penyakit-penyakit badan atau fisik, Al Qur`an telah membimbing dan menunjukkan kita kepada pokok-pokok pengobatan dan penyembuhannya, juga kaidah-kaidah yang dimilikinya. Kaidah pengobatan penyakit badan secara keseluruhan terdapat di dalam Al Qur`an, yaitu ada tiga point: menjaga kesehatan, melindungi diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit dan mengeluarkan unsur-unsur yang merusak badan.[12]
Jika seorang hamba melakukan penyembuhan dengan Al Qur`an secara baik dan benar, niscaya dia akan melihat pengaruh yang menakjubkan dalam penyembuhan yang cepat.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Pada suatu ketika aku pernah jatuh sakit, tetapi aku tidak menemukan seorang dokter atau obat penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati dan menyembuhkan diriku dengan surat Al Fatihah, maka aku melihat pengaruh yang sangat menakjubkan. Aku ambil segelas air zam-zam dan membacakan padanya surat Al Fatihah berkali-kali, lalu aku meminumnya hingga aku mendapatkan kesembuhan total. Selanjutnya aku bersandar dengan cara tersebut dalam mengobati berbagai penyakit dan aku merasakan manfaat yang sangat besar”.[13]
Demikian juga pengobatan dengan ruqaa (jamak dari ruqyah) Nabawi yang riwayatnya shahih, merupakan obat yang sangat bermanfaat. Dan juga suatu do’a yang dipanjatkan. Apabila do’a tersebut terhindar dari penghalang-penghalang terkabulnya do’a itu, maka ia merupakan sebab yang sangat bermanfaat dalam menolak hal-hal yang tidak disenangi dan tercapainya hal-hal yang diinginkan. Demikian itu termasuk salah satu obat yang sangat bermanfaat, khususnya yang dilakukan berkali-kali. Dan do’a juga berfungsi sebagai penangkal bala` (musibah), mencegah dan menyembuhkannya, menghalangi turunnya, atau meringankannya jika ternyata sudah sempat turun.[14]
لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ, وَلاَ يَزِيْدُ فِي الْعُمُرِ إِلاَّ الْبِرُّ.
"Tidak ada yang dapat mencegah qadha` (takdir) kecuali do’a, dan tidak ada yang dapat memberi tambahan umur kecuali kebijakan".[15]
Tetapi yang harus dimengerti secara benar, bahwa ayat-ayat, dzikir-dzikir, do’a-do’a dan beberapa ta’awudz (permohonan perlindungan kepada Allah) yang dipergunakan untuk mengobati atau untuk ruqyah, pada hakikatnya pada semua ayat, dzikir-dzikir, do’a-do’a. Ta’awudz itu sendiri memberi manfaat yang besar dan juga dapat menyembuhkan. Namun ia memerlukan penerimaan (dari orang yang sakit) dan kekuatan orang yang mengobati dan pengaruhnya. Jika suatu penyembuhan itu gagal, maka yang demikian itu disebabkan oleh lemahnya pengaruh pelaku, atau karena tidak adanya penerimaan oleh pihak yang diobati, atau adanya rintangan yang kuat di dalamnya yang menghalangi reaksi obat.
Pengobatan dengan ruqyah ini dapat dicapai dengan adanya dua aspek, yaitu dari pihak pasien (orang yang sakit) dan dari pihak orang yang mengobati.
Yang berasal dari pihak pasien, ialah berupa kekuatan dirinya dan kesungguhannya dalam bergantung kepada Allah, serta keyakinannya yang pasti bahwa Al Qur`an itu sebagai penyembuh sekaligus rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan ta’awudz yang benar, yang sesuai antara hati dan lisan, maka yang demikian itu merupakan suatu bentuk perlawanan. Sedangkan seseorang yang melakukan perlawanan, ia tidak akan memperoleh kemenangan dari musuh kecuali dengan dua hal, yaitu:
Pertama : Keadaan senjata yang dipergunakan haruslah benar, bagus dan kedua tangan yang mempergunakannya pun harus kuat. Jika salah satu dari keduanya hilang, maka senjata itu tidak banyak berarti; apalagi jika kedua hal di atas tidak ada, yaitu hatinya kosong dari tauhid, tawakkal, takwa, tawajjuh (menghadap, bergantung sepenuhnya kepada Allah) dan tidak memiliki senjata.
Kedua : Dari pihak yang mengobati dengan Al Qur`an dan As Sunnah juga harus memenuhi kedua hal di atas [16]. Oleh karena itu, Ibnut Tiin rahimahullah berkata: “Ruqyah dengan menggunakan beberapa kalimat ta’awudz dan juga yang lainnya dari nama-nama Allah adalah merupakan pengobatan rohani. Jika dilakukan oleh lisan orang-orang yang baik, maka dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala kesembuhan tersebut akan terwujud”. [17]
Para ulama telah sepakat membolehkan ruqyah dengan tiga syarat, yaitu:[18]
Pertama : Ruqyah itu dengan menggunakan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau asma`dan sifatNya, atau sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kedua : Ruqyah itu harus diucapkan dengan bahasa Arab, diucapkan dengan jelas dan dapat difahami maknanya.
Ketiga : Harus diyakini, bahwa yang memberikan pengaruh bukanlah dzat ruqyah itu sendiri, tetapi yang memberi pengaruh ialah kekuasaan Allah. Adapun ruqyah hanya merupakan salah satu sebab saja.[19]
Wallahu a’lam bish Shawab, Washallahu ‘ala Nabiyina Muhammadin Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Maraji’:
1. Tafsir Ibnu Jarir Ath Thabari, Cet. Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, Tahun 1412 H.
2. Zaadul Ma’ad Fi Hadyi Khairil Ibad, juz 4, oleh Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, tahqiq Syu’aib dan Abdul Qadir Al Arna-uth, Cet. Muassassah Ar Risalah, Tahun 1415 H.
3. Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, oleh Ibnu Hajar Al Asqalani, Cet. Darul Fikr.
4. Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid, ta’lif Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahab, tahqiq Dr. Walid bin Abdurrahman Al Furayyan, Tahun 1419 H.
5. Adda’ wad Dawa’, oleh Ibnul Qayyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan bin Halabi.
6. Al ‘Ilaj Bir Ruqa` Minal Kitab Was Sunnah, oleh Dr. Sa’id bin Wahf Al Qahthan
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06//Tahun IX/1426H/2005M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Tafsir Ibnu Jarir Ath Thabari IX/26, no. 24588, Cet. I Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut, Tahun 1412 H.
[2]. HR Al Bukhari no. 5678 dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu .
[3]. HR Muslim no. 2204, dari Jabir Radhiyallahu 'anhu .
[4]. HR Ad Daulabi dalam Al Kuna, dari sahabat Abu Darda`. Sanadnya hasan, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no.1633.
[5]. HR Abu Ya’la dan Ibnu Hibban (no.1397, Mawarid), lihat Shahih Mawaridizh Zham-an, no. 1172, dari Ummu Salamah, hasan lighairihi.
[6]. HR Muslim no. 2230 (125), Ahmad IV/68, V/380 dari seorang isteri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
[7]. HR Ahmad II/408,429,476; Hakim I/8; Baihaqi, VIII/135; dari sahabat Abu Hurairah. Dishahihkan oleh Hakim dan disetujui Adz Dzahabi. Syaikh Al Albani menshahihkan juga dalam Shahih Al Jami’ish Shaghir no.5939.
[8]. Ruqyah, jama’nya adalah ruqaa. Yaitu bacaan-bacaan untuk pengobatan yang syar’i, berdasarkan pada riwayat yang shahih, atau sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh para ulama.
[9]. Lihat Al Jawabul Kafi Liman Sa-ala’anid Dawa-isy Syafi (Jawaban yang memadai bagi orang yang bertanya tentang obat penyembuh yang mujarab), atau Ad Da’wad Dawaa’ (penyakit dan obatnya), karya Ibnul Qayyim, hlm.7, tahqiq Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid.
[10]. Lihat Zaadul Ma’ad, karya Ibnul Qayyim (IV/5-6).
[11]. Lihat Zaadul Ma’ad (IV/352).
[12]. Lihat Zaadul Ma’ad (IV/6, 352).
[13]. Lihat Zaadul Ma’ad (IV/178).
[14]. Lihat Adda’ Wad Dawa’, hlm.10.
[15]. HR Al Hakim dan At Tirmidzi, no.2139 dari Salman z dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 154.
[16]. Lihat Zaadul Ma’ad (IV/67-68).
[17]. Fathul Baari (X/196).
[18]. Lihat Fathul Baari (X/195), juga Fatawa Al ‘Allamah Ibni Baaz (II/384).
[19]. Lihat Al ‘Ilaj Bir Ruqaa Minal Kitab Was Sunnah, hlm. 83.